Tiongkok telah menerapkan hukuman mati selama lebih dari 4.000 tahun. Walaupun di banyak negara hukuman ini sudah dihapuskan, Tiongkok masih mempertahankan jenis hukuman ini. Hal ini disebabkan, hukuman mati dianggap efektif untuk melakukan pencegahan secara luas. Ada pepatah Tiongkok populer untuk menggambarkan efektivitas hukuman mati, yakni "melaksanakan satu menghalangi seratus" dan "membunuh ayam menakut-nakuti monyet. Selain itu, hukuman mati juga melayani kebutuhan retribusi. Pepatah "gigi ganti gigi" dan "pembunuh harus dibunuh" juga telah lama digunakan di Tiongkok untuk menyingkirkan pelaku kejahatan dari masyarakat.[1][2]
Seperti para pendahulunya, pemerintah Tiongkok saat ini sangat percaya bahwa hukuman mati memiliki pencegahan umum dan nilai-nilai pendidikan. Menurut seorang pejabat pengadilan tinggi Tiongkok, ”kami menghukum mati orang . . . untuk mendidik orang lain—dengan membunuh satu kita mendidik seratus”.[3] Retribusi juga merupakan alasan yang jelas untuk hukuman mati di Tiongkok saat ini. Menurut Wakil Direktur Pengadilan Rakyat Tertinggi Tiongkok Wan E'xiang, menghapuskan hukuman mati “hampir tidak dapat didiskusikan di Tiongkok karena gagasan berusia ribuan tahun tentang pembunuh yang membayar dengan nyawa mereka sendiri telah tertanam kuat di benak orang-orang”.[4]
© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search